merenung... termangu...
Entah apa yang ada dibenakku...
Semua hanya seperti lintasan angin, semilir... dan dingin...
Teriakan Kia, tiba-tiba menyadarkan aku. Putri kecil-ku sedang di kamar mandi.
SELALU!!! Teledor, mungkin itu kata yang tepat. Pekik kecil Kia karena tubuhnya tersemprot pembersih porselain, pedih mungkin... Dengan panik, kuraih tubuhnya... dengan shower kusiram mukanya dengan air. Gelagap... entah karena sulit bernapas, entah karena terkejut. Tapi itu reaksi tuan Putri-ku ketika kusiram.
"...pun... pun... 'nda" (Ampun, Bunda...) begitu katanya... Miris mendengarnya... Maaf Nak, Bunda tidak sedang marah. Bunda khawatir, kesal dengan diri sendiri, takut terjadi sesuatu...
Kupeluk tubuh mungilnya, tak peduli basah badannya terserap kaos yang melekat di badanku. "Bunda gak marah, Nak... Bunda takut Kia kenapa-napa"
"papa... papa..." balasnya.
Teringat, minggu lalu 2liter susu tumpah membasuh lantai... karena usahanya menuang susu ke dalam gelas. Pandai, memang... hanya belum terampil. Kesal, kusiram tubuhnya dengan sisa susu... (salah... ya aku tau, hanya saja aku takut tanganku melayang ke tubuh kecilnya). Langsung kuajak ke kamar mandi, guyuran air dingin membasahi kepala lalu tubuhnya. Tidak!!! Kesal lalu berganti pilu... (Ya Allah, kenapa aku tidak cukup sabar... andai ada yang menjual pil sabar. Andai...)
Kini...
Kulihat floor uplighter-ku... Miring tak berdaya. Kuperiksa dudukannya. Oh, me gosh... PATAH!!!
MY!!!... kesal kembali menyeruak. Baru saja usai tangis Kia, teriakan marah Aric karena haus... uplighter favorit-ku. uplighter malang-ku.
Sejak tadi Kia berusaha membuka butter... "Bukan untuk dimakan, tapi untuk dioles ke roti" kataku. Penasaran mungkin, kali ini dicobanya lagi. Tidak sempat menghela napas. Ku angkat tubuh mungilnya untuk duduk di hi-chair, "duduk, dan gak akan Bunda angkat sebelum minta maaf... Kia bikin lampu Bunda patah" Berontak, tapi toh aku lebih kuat.
Kuyu kulihat wajahnya. Rupanya insiden di kamar mandi cukup menghabiskan energi-nya. Khawatir menyeruak di kalbu, tidak pernah kulihat wajahnya seperti itu. "Kia kenapa Nak? Bunda cuma minta Kia minta maaf" ucapku lebih lembut kali ini, ku sejajarkan wajahku dengannya. Kia tetap diam.
Lalu... diciumnya pipiku, "...ap...ap..." Maaf katanya.
Pandanganku kabur, airmata memenuhi rongganya. Terharu, melihat pergulatannya melawan ego. "...fu..." I Love you, katanya lagi. "I love you, too Nak" pelukku erat.
Ku angkat tubuh mungilnya, terasa kakinya erat di pinggangku, wajahnya diletakkannya di bahuku. "Kita tidur yuk..." kamu bangun terlalu pagi hari ini, Nak.
Sesaat kemudian, putri kecilku terbang ke alam mimpi. 've a nice sleep, honey. i love you. Ku kecup pipi halusnya, dan kuhapus sisa airmata di wajahnya.
Sekarang... jagoanku sudah berteriak. Haus mungkin.
posted by DeA Haryono @ 3:14 PM
2 Comments:
-
At 11:21 PM, meyrinda said…
huhuhu....jadi keinget apa yg aku lakukan ke cunda...
nyesel tapi kerap terulang kembali, hisk
-
At 10:27 AM, Yuli P. Digdo said…
hieks, aku juga seperti ini ... kadang2 aku ngerasa terlalu keras ke nadine, kadang aku juga ngerasa kurang sabar ke nadine ... dan lain waktu pasti aku janji gak akan berlaku "keras" lagi ke nadine .. tapi walo nyesel, masih terulang juga sometimes ...
<< Home